بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Pandangan seseorang manusia terhadap sesuatu memberi pengaruh terhadap tindakannya, seperti pandangan tentang kekayaan yang semata-mata bertumpu pada harta, sehingga hartalah yang paling dicari, atau pandangan yang bertumpu pada wanita maka wanitalah yang paling dicari, dan sebagainya. harta dan atau istri / suami juga umumnya dianggap sebagai hal yang merubah identitas seseseorang dari orang miskin menjadi orang kaya dan dari status bujang kemudian beristri atau bersuami yang kemudian akan memberikan image atau pandangan dimuliakan.
Catatan yang demikian bukan berarti tidak boleh mencari harta yang banyak dan atau tidak boleh menikah, akan tetapi islam mengajarkan tata cara dalam memperoleh , mempergunakan dan atau menyimpan baik harta maupun pasangan hidup, pandangan seperti ini jika kemudian tidak dibarengi dengan aturan yang telah ditetapkan bukan kecil bahayanya, banyak manusia telah tenggelam dalam kubangan hawa nafsunya dalam mengejar harta dan atau pasangan hidup.
Semakin dituruti, hawa nafsu semakin merajalela dan semakin pula rasa tidak cukup dalam diri manusia sehinggalah habis sisa usia seseorang untuk memenuhinya. Bahkan kata Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat” (HR.Imam Bukhari). Akibatnya manusia menjadi sakit hati dan tak pernah tenang dalam hidupnya karena senantiasa dipacu untuk memenuhi hawa nafsu.
Untuk itu, sangat penting mengikuti ajakan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam untuk membetulkan pandangan tentang kekayaan, agar manusia menjadi tenang dan selamat dunia dan akhirat. Yaitu, hati yang merasa cukup, itulah kekayaan yang sebenarnya. kekayaan ini terbukti hanya dimiliki sebahagian kecil orang di dunia ini. Buktinya, sangat banyak orang yang tidak merasa kaya atau tidak dianggap kaya, meskipun memiliki kekayaan hati. bahkan, sangat banyak orang merasa kaya, meskipun hatinya miskin kasih sayang, keadilan, empati, dan sebagainya.
Untuk itu, sangat penting mengikuti ajakan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam untuk membetulkan pandangan tentang kekayaan, agar manusia menjadi tenang dan selamat dunia dan akhirat. Yaitu, hati yang merasa cukup, itulah kekayaan yang sebenarnya. kekayaan ini terbukti hanya dimiliki sebahagian kecil orang di dunia ini. Buktinya, sangat banyak orang yang tidak merasa kaya atau tidak dianggap kaya, meskipun memiliki kekayaan hati. bahkan, sangat banyak orang merasa kaya, meskipun hatinya miskin kasih sayang, keadilan, empati, dan sebagainya.
“Kekayaan yang sebenarnya bukanlah harta yang banyak, namun kekayaan yang sebenarnya adalah hati yang selalu merasa cukup” (HR. Bukhari & Muslim)