بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
"Islam sebagai agama merupakan tuntunan aplikatif yang tidak hanya berkutat dalam hal ritualistik batiniyah belaka, karena Islam tidak hanya kata, tapi juga perbuatan”.
Agama bukan hanya sebuah disiplin praktis yang mengajari kita menemukan kemampuan baru pikiran dan hati, namun leih jauh agama adalah penuntun jasad dan jiwa dalam rangka menemukan segala sesuatu yang tidak bisa dibayangkan dengan pikiran namun lebih jauh kepada sesuatu yang mengeherankan (Azib , Azaib) yang mana hal tersebut akan menghantarkan kita kepada suatu keyakinan akan keberadaan Yang Hidup dan Maha Hidup , Pengatur Alam Semesta Raja Segala Raja, Yang Memiliki Arsy yang tinggi.
Sebagai makhluk beragama pada suatu saat tertentu kita akan dihadapkan kembali kepada pencarian jati diri guna untuk mengenal dan mencari serta mengetahui , Rabb Alam Semesta yang mengatur segala sesuatunya, sehinggalah kita dapat menjalani kehidupan dengan keyakinan bahwa kita akan kembali kepada Sang Pencipta dengan harapan dapat menjalani kehidupan yang aman dan tentram serta kepuasan batin tersendiri, karena agama sebagai lembaga suci yang menjadikan manusia sebagai makluk etis dan estetis.
Dalam memahami agama, sebagian dari kita cenderung mendefenisikan agama sebagai sarang ritualistik sempit, wadah suci yang akan mengantarkan kepada kesenangan, dan seringkali berorientasi kepada tujuan yang tidak tertentu. Tidak memikirkan dan memiliki proses dalam melaksanakan instruksi teks suci agama(ayat - ayat Sang Pencipta) dan mencoba mengiterpretasikan teks suci agama ke ranah intuisi, rasionalisasi, dan aksiologi, dan pengejawantahan yang kemudian menghantarkan setiap seseorang kepada nafsu yang mereka sebut akal dan diterjemahkan kepada rasionalitas, sedangkan pada kenyataannya segala sesuatu yang ada dan terjadi didunia ini adalah berdasarkan kepada Irasionalitas, meskipun dalam konteks tertentu memiliki kesamaan laku dan trend (dibahas lebih mendalam pada eskatologi islam).
Agama sebagai fondasi yang berkontribusi dalam kemajuan tatanan sosial kemasyarakatan, merupakan acuan dasar dalam menjalani aktifitas keseharian sebagai makhluk ber-Tuhan. Manusia beragama cenderung bijaksana dan menghargai proses dalam kehidupan keseharian. Mereka beragama dengan terus memahami dan berbuat secara terus menerus untuk menumbuhkan kenikmatan dalam menjalani ritualistik agama yang dianutnya.
Sebagian orang memandang agama sebagai “kecakapan” yang diperoleh melalui latihan terus menerus, yang dikaji dan dilakukan serta dianalisis guna untk memperoleh keahlian sebagai hasil dari proses memahami dan latihan dalam beragama sehingga terciptalah dimensi transenden kehidupan yang bukan sekedar kenyataan eksternal, melainkan yang identik dengan level terdalam wujud yang mereka anut. padahal sejatinya segala sesuatu telah diukur , diciptakan dan ditentukan sebagaimana apa yang telah Allah Subhanahu Wata'ala tentukan, kita hanya bisa menjalani dan atau mencoba adapun hasilnya adalah kembali kepada otoritas Sang Pencipta, sehingga seberapapun kerasnya kita mencoba dan berusaha tanpa ada izin dan atau syafa'at dari Yang Maha Kuasa , maka percumalah apa yang telah mereka lakukan selama ini, dan atau sia - sia, karena mereka lebih memilih kepada keinginan yang ada pada diri mereka sendiri.
Kata “agama” jika kita ambil dari bahasa Sansekerta berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan ber-religi, maka seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Sebenarnya agama dalam Islam secara bahasa disebut din atau ad dien yang berasal dari Bahasa Arab yang berarti tradisi, perilaku, perhitungan, kekuasaan, hukum, ketaatan, balasan, peraturan. Secara istilah umum dien dapat juga diartikan sebagai agama. Dien Islam berarti peraturan – peraturan Allah untuk mengatur umat manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Al Qur’an adalah sebagai landasan teoritis tertinggi dalam Islam, yang merupakan tuntunan dasar ummat dalam menjalani kehidupan demi untuk keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akherat. Sedangkan As-Sunnah adalah landasan teoritis sebagai pengurai kebuntuan ummat dalam memahami isi Al Qur’an, Tidak hanya Sunnah Rosul, Islam juga mengakui Ijma’ dan Qiyas sebagai metodelogi memahami hukum Islam.
Bersambung Insya Allah